Dua Garis Biru yang Penuh Kontroversi: Edukasi Seks dengan Balutan Romansa Remaja

Beberapa waktu lalu anda pasti ngeh dengan petisi bertuliskan “Jangan Loloskan Film yang Menjerumuskan! Cegah Dua Garis Biru di Luar Nikah!” paling tidak begitu lah bunyi petisi yang ada di laman change.org. tuntutan tersebut pasalnya dialamatkan untuk film garapan pertama Gina S. Noer yang diberi judul Dua Garis Biru.

Film ini pasalnya mengambil premis utama perjuangan pasangan remaja- yang mungkin takt ahu untuk apa kondom itu diciptakan dan juga dijual luas di minimarket- terjebak di situasi di mana remaja perempuannya hamil di usia sekolah. Ditakutkan oleh para warganet yang membuat dan menandatangani petisi itu bahwa film itu akan meromantisasi dan membenarkan seks di luar nikah, bahkan seks di masa sekolah, SMA kemudian hamil dan punya anak, kata “I love you”  saja kemudian happy ending. Takutnya film itu hanya meromantisasi hamil di luar nikah yang indah.

Dua Garis Biru Antarkan Topik MBA Satu Gerbong dengan Wacan Lain dengan Harmonis

Film Dua Garis Biru ini sebenarnya adalah karya perdana dari sutradara Gina S Noer yang pernah menterang menjadi penulis naskah beberapa film besar seperti misalnya Perempuan Berkalung Sorban (2009), Ayat Ayat Cinta (2008), dan bahkan Habibie & Ainun (2013).

Tidak ayal ceritanya menjadi kekuatan utama di film Dua Garis Biru inin. Dan hasilnya? Cukup di luar dugaan. Film ini patut diacungi jempol dan satu kata untuk film ini: BRILIAN. Film ini pasalnya bertabur wacana namun tak saling mengalahkan namun malahan tetap menjaga napas.

Pertama, Chand Parwes yang menjadi produser di sini menekankan bahwa film ini membawa “materi positif.” Pentingnya Pendidikan seks di usia remaja pasalnya menjadi hal yang berkali-kali diungkapkan dalam bentuk colongan-colongan dialog yang ada di sana dan juga di potongan plot.

Yang kedua, tentu saja supaya tak serupa dengan film dokumenter, atau materi power point yang ada di sekolah tentang edukasi seks toto online yang sangat membosankan, romansa remaja lah yang jadi mata angina lewat dua tokoh utama yaitu Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Zara JKT48).

Tapi konflik film ini tidak Cuma sebatas mengulik dua tokoh itu saja. Porsi besar diberikan juga untuk mendalami bagaimana perspektif kedua orang tuanya. Hal ini kemudian menjadikan konflik keluarganya sebagai tema lain yang dibuat intens juga. Karena sudah sangat jelas, masalah MBA ini bukan lah sebatas konflik patah hati yang Cuma melibatkan dua insan, namun sudah akan menjadi masalah keluarga.

Terakhir adalah aral rintang yang mana diperuncing dengan perbedaan kelas ekonomi  yang ada antara Bima dengan Dara. Kendati tak dibesar-besarkan, namun tetap ada rasa “Lihat, keluarga itu tak pantas untukmu, tak pantas untuk bersanding dengan keluarga kita.” Di sini film Dua Garis Biru juga menekankan bahwa perbedaan itu sangat amat berperan penting.

Di ruang UKS, banyak penonton yang jatuh hati dengan adegan di sana. Momen itu pertama kalinya orang tua Bima dan Dara tahu jika Dara mengandung anak Bima. Di tengah nuansa yang sedang kalut-kalutnya, Bima kemudian berseru dengan lantangnya “Saya akan tanggung jawab, tante!”

Namun kemudian tak ada music yang slow motion yang sangat epic, melainkan hening. Lalu ibu Dara menjawab, “Kamu kira jadi orang tua itu mudah?” dan di sini kita semua disadarkan bahwa menikah setelah MBA itu tak Cuma urusan tanggung jawab menikahi saja.

Apakah anda sudah nonton film Dua Garis Biru?